Senin, 09 Maret 2009

Kuasa Waktu

Kehidupan manusia tidaklah kekal. Jiwa manusia tergantung pada setiap tarikan nafas, bila berhenti sekejap saja, maka kehidupan itu akan berakhir saat itu juga. Itulah kuasa sang waktu akan kehidupan ini. Siapa yang tau akan misteri waktu? Waktu adalah misteri terbesar yang sampai sekarang tak ada orang yang mampu menyibak misteri dari perputaran waktu.

Apakah kamu menghitung setiap detik dari waktu yang telah kamu tempuh setiap hari? Dan apakah kamu menghitung apa saja yang telah kamu lakukan dengan setiap detiknya? Apakah kamu yakin kamu telah melakukan yang terbaik.

Pepatah mengatakan waktu adalah uang. Dalam setiap detik ada berjuta-juta uang yang bisa di hasilkan. Makanya para pekerja yang meyadari akan hal ini, tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tidak penting. Dalam setiap detiknya ada sesuatu yang bisaa di capai dan di peroleh entah itu banyak ataupun sedikit.

Waktu adalah ilmu. Setiap detiknya bagi seorang pelajar memnyimpan gudang ilmu sejagat yang bisa di bedah dan diambil sarinya. Waktu untuk belajar. Belajar dari apa saja. Dari buku. Internet, televisi radio, bahakan adari apapun yanag mereka kerjakana kan menjadi bahan pembelajaran bagi siapa saja yang mau belajar dari kehidupan.

Waktu adalah detik yang mampu mengubah semuanya. Mengubah dari hal yang mungkin menjadi hal yang lebih mungkin. Waktu adalah nafas yang harus di ilhami setiap tarikannya. Nafas adalah sumber kehidupan. Dan jika waktu menginginkannya untuk berhenti, maka berakhir pula nafas itu menikmati waktu.

Kadanag akau berfikir, apa yang sudaha aku lakukan dengan waktu yang masih aku punyai? Aku tidak tau. Tapi aku selalu berusaha melakukan hal terbaik yang bisa aku lakukan. Detik ini aku masih menulis tentang waktu. Entah detik nanti apa yang bisa aku lakukan.

Terimakasih waktu, engkau mengingatkan ku untuk menghargai setiap detikmu. Sehingga au ingat untuk berterimakasih kepada semua yang telah memberikan arti dalam setiap detikku.


Klik disini untuk melihat posting lainnya.

Selasa, 03 Maret 2009

Ingin Belajar

Belajar Sabar, Ikhlas dan Bersyukur

Kadang dalam hidup kita melupakan hal-hal yang menjadi dasar keidupan itu sendiri. Apalagi di jaman sekarang yang banyak orang di butakan oleh kepentingan dunia. Dan bahkan tidak sedikit diantara mereka yang melupakan urusan akhirat. Bahakan banyak diantra mereka yang melupakan kehadirat Tuhan sebagai pencipta mereka. Ya itu lah manusia yang merasa dirinya yang paling benar dan kadang mereka menuntuk hak terlalu banyak dari kewajiban yang telah mereka laksanakan. Padahal di perlukan keseimbangan diantara keduanya. Maka dari itu banyak sekali terjadi peristiwa perebutan sesuatu sampai menimbulkan pertentangan hingga memutuskan tali silaturahmi yang pernah terjalin.

Mungkin itu di sebut sifat yang manusiawi. Tentu saja itu sifat manusiawi karena itu memang di lakukan oleh manusia. Tapi kita sebagai manusia harus ingat akan batasan-batasan yang mungkin sudah kabur di dalam nuansa kehidupan ini. Kita manusia bukan malaikat yang selalu benar, tapi kita juga bukan setan yang selalu berbuat salah. Semua itu diatur oleh hati kita. Hati yang sudah di setting sebegitu rupa untuk bias merasakan yang mana yang benar dan mana yang salah. Tapi kadang kita berusaha mengingkari kata hati kita sendiri. Tapi kita lupa tidak ada yang bias menipu hati kita sendiri.

Manusia adalah insan yang jauh dari kata puas. Sehingga kita senantiasa merasa haus dan lapar jika disangkutkan dengan urusan dunia. Sampai rasa tidak puas itu lah yang membuat kita serakah. Lupa dengan orang lain. Lupa berterima kasih. Lupa bersyukur dan lupa hari nanti yang pada hakikatnya semua yang di dunia hanyalah titipan semata. Dan kita mengejar sesuatu yang hanyalah sebuah titipan saja. Dan suatu saat nati akan diambil oleh pemilik sebenarnya. Allah SWT.

Kadang kita juga menuntut lebih, mengituk jika ditimpa musibah mengumpat karena kegagalan. Tapi mungkin kita lupa, ada hikmah lain yang lebih mermakna dari pada sebuah kutukan dan sebuah umpatan. Hikmah yang menuntuk kita menjadi lebih baik. Hikmah yang menuntun kita untuk tetap bersyukur dan mengingat yang kuasa. Himah itu pula yang menyuruh kita untuk belajar bersabar, ikhlas dan mengerti akan hakikat hidup sebenarnya.